The King: Eternal Monarch Review

Minoz (fans Lee Min-Ho) pasti girang setengah mati ketika menonton serial drama korea yang satu ini. Penulis, sutradara, produser atau siapapun dalam tim produksi ini pasti salah satu fans berat Lee Min-Ho juga; selain pasti bertujuan memanfaatkan kepopulerannya untuk menjaring penonton. Banyak adegan yang mengeksploitasi kegantengan Lee Min-Ho, terkadang “keterlaluan” bagi penonton yang bukan fans-nya. Dalam film ini, ia berperan sebagai Raja bernama Lee Gon dalam dunia paralel, Kerajaan Korea; bukan Republik Korea Selatan seperti yang ada di dunia ini. Ia tidak perlu bersusah-payah berakting karena perannya sebagai Raja nyaris sempurna: fisik menawan, kaya-raya, jenius matematika, dan baik hati. Jika aktingnya dalam film ini dikritik, sebenarnya bukan salahnya, karena karakter Lee Gon sendiri memang dangkal untuk sekelas penulis Kim Eun-Sook. 

Nama Kim Eun-Sook terkenal sebagai penulis serial drama korea yang selalu sukses. Sebut saja Descendants of the Sun, The Heirs yang juga dibintangi oleh Lee Min-Ho, dan Goblin, di mana pemeran utamanya sama dengan film ini: Kim Go-Eun. Meski wajahnya tidak secantik artis korea pada umumnya (sepertinya tidak operasi plastik), Kim Go-Eun selalu menunjukkan performa akting yang sarat emosi. Ketiga nama yang sudah disebutkan: Lee Min-Ho, Kim Go-Eun, dan Kim Eun-Sook seharusnya menjadi jaminan bahwa The King: Eternal Monarch akan menjadi Mega-Hit, menggeser kehebohan serial drama milik stasiun sebelah: Crash Landing On You. Sayangnya, jaminan ini meleset. 

The King: Eternal Monarch terlalu “maksa” untuk menggabungkan tema kerajaan (kuda dan pedang) dengan fiksi ilmiah seperti dunia paralel dan perjalanan waktu. Kita paham sih, bahwa kerajaan memang erat kaitannya dengan kuda dan pedang; tetapi banyak adegan yang terasa terlalu dipaksakan untuk ada “kuda” dan “pedang”nya. Apalagi setting waktu kejadiannya adalah di era sekarang ini, tahun 2020. Sebut saja ketika semua bergegas naik helicopter dan mobil; masa iya Raja sempat menyusul naik kuda? Mana logika perhitungan jarak dan waktunya?

Ide yang menarik tentang dunia paralel juga menjadi sia-sia karena penuturan jalan cerita yang dibuat terlalu rumit. Plot cerita yang berpindah-pindah dunia dan timeline; bukannya membuat penasaran, malah jadi bingung. Seharusnya penceritaannya dibuat linear, supaya penonton bisa lebih menikmatinya tanpa perlu latihan otak. Akibat penonton sibuk berpikir dan mencerna bagaimana jalan ceritanya, mereka tidak sempat menjalin ikatan emosi dengan para tokohnya. Bahkan dua tokoh utamanya: Lee Gon dan Jong Tae-Ul juga tiba-tiba saja sudah jatuh cinta setengah mati tanpa ada kejadian-kejadian yang membuat cinta mereka bertumbuh. Di episode 1–4, Tae-Ul masih detektif yang tegar, lalu tiba-tiba di episode 5, ia berubah menjadi bucin. Manis sih melihat chemistry di antara mereka; tetapi memang terasa ada yang kurang karena proses jatuh cinta mereka langsung “skip” ke fase cinta mati. Malahan sejujurnya, kisah cinta Kim Sin-Jae dan Jong Tae-Ul terasa lebih menarik. 

Jumlah karakter dalam The King: Eternal Monarch juga terlalu banyak. Waktunya tidak cukup untuk membuat penonton ingat dengan mereka. Bagi penonton yang tidak terbiasa dengan nama Korea, pasti sulit untuk mengidentifikasi “yang mana orangnya” ketika nama tertentu disebut dalam dialog. Meskipun demikian, tokoh yang tidak disangka-sangka mencuri perhatian adalah Woo Do-Hwan yang memerankan Jo Young & Jo Eun-Sup. Fansnya langsung bertambah; bahkan banyak yang meneruskan menonton The King: Eternal Monarch hanya karena dia. 

Kesimpulannya, The King: Eternal Monarch adalah film yang membahagiakan Minoz karena banyak “fans service”. Sebuah karya dengan pemikiran yang kompleks (berkat Kim Eun-Suk), kepuasan mata karena editing video dan efek visual yang tidak murah, dan Soundtrack yang bagus-bagus semuanya; melodinya ear-catchy dan menyentuh hati. Namun tidak bisa dibilang “bagus” karena penuturan cerita yang membingungkan, dunia fiksi yang terlalu “bohong”, dan hubungan antar karakter utama yang terlalu instan. @ristiirawan rates 7/10.

Peringatan Konten: The King: Eternal Monarch mengandung adegan kekerasan seperti pertarungan tangan kosong atau menggunakan pistol dan pedang, serta pembunuhan. Adegan sensual tidak terlalu banyak, hanya c*uman. 

Leave a comment