Mystic Pop-up Bar Review (2020)

Kisah “Mystic Pop-up Bar” ini perpaduan antara “Hotel del Luna” dengan “Hi, Bye Mama!”. Lima ratus tahun yang lalu, Wol-Ju (Hwang Jung-Eum) seorang anak yang memiliki kemampuan untuk melihat mimpi, melakukan kesalahan fatal sehingga ia dihukum untuk menyelesaikan 100,000 kasus. Ia membuka Kedai Mistis agar manusia yang punya masalah bisa datang ke situ, menceritakan masalahnya pada Wol-Ju, lalu bersedia minum alkohol istimewa, dan tertidur. Wol-Ju akan masuk ke dunia mimpi dan berusaha menyelesaikan masalah yang mengganjal. Wol-Ju diawasi oleh Manager Gwi (Choi Won-Young) yang bertugas mendampinginya. Tinggal 10 kasus lagi, maka target Wol-Ju akan selesai. Namun karena perubahan jaman, Kedai Mistis semakin berkurang pengunjungnya. Wol-Ju & Manager Gwi kesulitan untuk membuat orang mau bercerita pada mereka. Lalu mereka bertemu dengan Han Kang-Bae (Yook Sung-Jae) yang punya karunia aneh. Orang yang menyentuh Kang-Bae akan selalu ingin bercerita padanya tanpa kontrol. Mereka bertiga lantas membuat perjanjian untuk sama-sama mencapai keinginan mereka. Saat menyelesaikan kasus demi kasus, Kang-Bae menemukan banyak hal yang menyingkap masa lalu dan membuat mereka saling berkaitan dalam masa kini.

Chemistry mereka bertiga boleh juga.

“Mystic Pop-up Bar” ini adalah salah satu contoh cerita yang menurutku berantakan. Awal pembukaan film ini auranya serius, diperankan oleh Wol-Ju muda (Park Si-Eun) yang mukanya BEDA. Masalahnya, tidak seperti di “Goblin” yang kita bisa menerima bahwa orang-orangnya bereinkarnasi dengan muka beda; di “Mystic Pop-up Bar” ini tidak dijelaskan mengapa muka mereka jadi berbeda, padahal mereka tidak menjalani reinkarnasi. Tidak hanya mukanya yang beda, begitu “waktu” berpindah ke masa sekarang, Wol-Ju yang diperankan oleh Hwang Jeung-Eum menjadi orang dengan karakter yang berbeda 100%, membuat aura film ini menjadi komedi abis. Aura film yang jauh berbeda semakin membuatku susah menerima bahwa ini adalah Wol-Ju yang “sama”.

Konsep dunia mimpi yang terkait dengan kehidupan alam baka juga tidak masuk di akalku karena bukan hal yang familiar bagi budaya kita. Setelah aku menyelesaikan film, aku mendapat kesimpulan bahwa “dunia mimpi” dalam film ini adalah “dunia roh”nya kita. Kebingungan tentang hal ini dan pertanyaan-pertanyaan lainnya sebenarnya akan terjawab dengan sendirinya jika kita terus menonton sampai selesai. Namun tidak semua orang akan bertahan karena cerita yang sulit dipahami secara akal sehat, sekalipun ini cerita fantasi. Beda dengan Hotel del Luna/ Hi, Bye Mama/ Goblin yang sama-sama fiksi tentang reinkarnasi dan dunia mistis, tetapi konsep ceritanya kuat, sehingga penonton juga bisa menerimanya dengan baik. Kita harus bersabar sampai episode 5, baru ceritanya mulai bertambah seru.

Manager Gwi, bikin kita inget sama Goblin kan?

“Mystic Pop-up Bar” juga berusaha membuat banyak lelucon, sehingga komedinya bersifat konyol, jenis yang “bodoh”. Ada yang memang lucu, apalagi dibantu dengan sound effect yang kreatif (ini sih kelebihannya Korea lho, paling mengena suara-suara lucunya). Ada juga yang berlebihan, tidak sesuai dengan alurnya, dan merusak suasana. Drama yang ada dalam film ini, seperti kasus-kasus para manusia (dan arwah) memiliki makna yang dalam, karena mengenai kehidupan dan kematian, mirip dengan “Hi, Bye Mama!” sehingga berhasil membuatku mewek.

Baek Ji-Won memerankan Ms. Andong, salah satu kasus yang berkesan.

Di balik cerita yang berantakan, selain drama yang bermutu, kelebihan film ini ada pada para pemerannya. Hwang Jeung-Eum adalah salah satu artis yang aktingnya selalu totalitas. Aku suka aktingnya dalam “She Was Pretty”. Dalam film ini juga, ia tampil dengan sangat mempesona. Ia bisa membawakan emosi Wol-Ju yang galak tapi perhatian, menyebalkan sekaligus menyedihkan, dan tetap elegan meski di saat rapuh. Kalau yang memerankan bukan Hwang Jeung-Eum, mungkin film ini lebih ancur lagi. Baju-baju tradisional yang ia pakai bersanding dengan sneakers juga lucu-lucu. Deretan pemeran lainnya juga tidak kalah bagus aktingnya, dari yang konyol sampai yang serius jahat. Aku tidak akan menyebutkan pemeran lainnya, karena akan spoiler.

The Beautiful Wol-Ju (Hwang Jeung-Eum)

Is it Good for Your Soul?

Jika berbicara tentang “pesan” dalam film ini. Ada pesan baik, tetapi ada pesan buruk juga karena terlalu banyaknya “pengecualian” dan kelonggaran berkaitan dengan nasib alias dunia akhirat pada film ini, seolah-olah peraturan itu ada untuk dilanggar.Ceritanya juga terlalu memihak pemeran utama, sehingga happy ending sudah bisa dipastikan, meskipun tidak masuk di akal.

Film ini rating-nya memang untuk orang dewasa. Ada banyak adegan yang “gelap” karena ada adegan gantung diri dan muka hantu; meskipun tidak sebanyak di “Hotel Del Luna”, tetap saja menurutku bukan sesuatu yang menyenangkan untuk ditonton kamu-kamu yang tidak menyukai pemadangan tak sedap.

Bonus sampingan yang seru dari film ini adalah menu makanan atau minuman yang berganti-ganti menyesuaikan kasus orang yang mampir ke kedai. Efeknya: bakal pengen makan Korean Food yang mereka tampilkan, seperti mackerel bakar, tumis cumi pedas, dan pangsit.

Hospital Playlist Review

Hospital Playlist dikerjakan oleh sutradara dan penulis Reply Series (Reply 1997, Reply 1994, Reply 1988). Namun karena aku belum pernah menonton semuanya, jadi aku tidak terlalu familiar dengan karya mereka. Ini pengalaman pertamaku mengikuti serial drama yang modelnya seperti ini: multi-stories tapi mengalir alami seolah tidak ada cerita utamanya. Walau tidak ada klimaksnya, serial ini jauh dari monoton. Awalnya memang aku kebingungan dengan banyaknya karakter (susah tau, ngafalin nama korea!). Tokoh utamanya ada 5 orang; belum lagi para pemeran pembantu yang berada di sekitar mereka yang memiliki porsi adegan sendiri; jadi jumlah karakternya benar-benar BANYAK. Seni yang luar biasa dari penulis & sutradaranya untuk bisa membuat serial drama dengan pemeran sebanyak itu (seperti di dunia nyata) tapi tetap berhasil membuat penonton terkesan dengan semua karakternya.

Meskipun awalnya sempat bingung dengan banyaknya tokoh, tetapi semakin ke belakang, aku semakin terhanyut dengan kehidupan 5 tokoh cerita, yaitu:

  1. Lee Ik-Joon (Cho Jung-Seok): tipikal orang supel yang bisa bergaul dengan siapa aja, selalu membuat suasana hidup dengan kekonyolannya
  2. Ahn Jeong-Won (Yoo Yeon-Sook): dokter berhati malaikat
  3. Kim Jun-Wan (Jung Kyoung-Ho): favorit aku!!! Kata-katanya selalu tajam (tapi benar). Namun di balik itu dia punya kepedulian tinggi, hanya tidak menunjukkannya.
  4. Yang Seok-Hyeong (Kim Dae-Myung): introvert tapi yang mempersatukan teman-temannya
  5. Chae Song-Hwa (Jeon Mi-Do): satu-satunya wanita di kelompok ini dan almost perfect
Kim Jun-Wan yang selalu pakai pakain forma dari antara mereka berlima!

Pemilihan latar belakang dunia kedokteran memang daya tarik. Kita jadi tambah pengetahuan di bidang kedokteran (sayangnya footnote tulisan korea di layar tidak diterjemahkan, jadi aku pakai acara googling segala!). Apalagi para dokter ini punya hobi nge-band dan setiap latihan mereka selalu membawakan lagu yang asyik-asyik. [trus Kim Jun-Wan keren banget main gitarnya]. Cari di mana:  kumpulan dokter spesialis, masih muda, cakep-cakep, pintar main musik pula?!  

Apalagi kalau Kim Jun-Wan lagi main gitar… *_*

Lagu yang aku suka dalam film ini adalah: I Knew I Love (Jeon Mi Do), Aloha (Cho Jung Seok), Me to You, You To Me (Mido and Falasol). Pastikan kalian mendengarkan lagu-lagu ini ya, bagus! Sungguh mengapresiasi para pemain dan pembuat filmnya yang mau repot-repot menyajikan latihan band mereka sampai terasa asli (bahkan ada view seperti dari camera handphone/ gopro).

Film ini memang bukan jenis yang bisa diterima oleh semua orang dengan gembira, selain karena durasi 1,5 jam/ episode yang (mungkin) terlalu panjang; juga karena banyak penonton serial Korean Drama lebih suka drama romantis; sementara film ini ceritanya lebih ke kehidupan sehari-hari. Tidak ada adegan yang membuat berdebar-debar, terlalu menegangkan, atau sangat-amat menyedihkan. Intinya tidak ada dramatisir keadaan.

Hal yang membuatku sangat menyukai film ini adalah atmosfer yang menyenangkan! Senang rasanya melihat persahabatan mereka berlima yang terasa hangat dan terkadang lucu (beneran bikin ketawa terbahak-bahak!); serta perjuangan para dokter dengan para pasien yang menyentuh hati. Kisah cinta yang ada di film ini mungkin mudah ditebak, tetapi kesabaran penulis dan sutradara untuk menahan kisahnya sampai akhir bisa dibilang strategi bagus. Adegan flash-back ditampilkan di momen yang tepat dan masuk akal. Setelah menyelesaikan episode 12, aku juga langsung memutar kembali episode 1; dan semuanya tetap terasa menyegarkan karena banyak detail yang sebelumnya tidak aku pahami.

Hospital Playlist sukses menduduki peringkat ke-9 film terpopuler dalam sejarah TV Kabel di Korea. Season 2 katanya akan disiarkan tahun 2021. Semoga segera rilis ya! Masih banyak cerita yang menggantung, nih.